Asta Tinggi merupakan kompleks makam para raja Sumenep, keturunan dan kerabatnya. Dibangun sekitar tahun 1750. Kompleks ini terdiri dari tiga bagian yang masing-masing mempunyai gerbang tersendiri. Bagian pertama di sisi kiri terdiri dari kubah Bindoro Saud, kubah Pangeran Jimad dan kubah P. Pulang Jiwo. Bagian ini berisi makam yang lebih tua, sehingga kita disyaratkan untuk memasuki kompleks ini terlebih dahulu. Bagian kedua berada di tengah dan mempunyai bentuk yang paling indah. Di sini terdapat dua kubah makam yaitu kubah Sri Sultan A. Rahman & kubah Panembahan Sumolo. Sedangkan bagian ketiga merupakan bagian terlarang, dalam artian kita tidak diperkenankan memasukinya. Jangankan memasuki, baru selangkah menginjakkan kaki ke jalurnya saja sudah disemprit ;)
Selain di dalam kubah, makam juga tersebar di seantero kompleks dengan usia yang beragam, bahkan ada yang berusia cukup muda (tahun 90an). Makam yang ada di dalam kubah sebagian ditutupi kain dan kelambu. Menurut juru kunci kelambu tersebut diberikan oleh orang-orang yang hajatnya telah terkabul selepas berdoa di makam ini.
Untuk memasuki makam, kita harus melapor dulu ke juru kunci dengan memberikan sumbangan seikhlasnya. Sebelum memasuki gerbang makam kita harus melepas alas kaki dan berjalan di jalan berlantai yang sudah disediakan.
Pesona wisata reiligi di kabupaten Sumenep, Madura, diakui banyak kalangan memang penuh dengan estetika. Betapa tidak, tiap harinya, sejumlah situs sejarah religi di kota paling timur dipulau Madura ini, terus dibanjiri pengunjung dari dalam dan luar Madura, bahkan dari Manca Negara.
Kemolekan aneka obyek wisata religi di Sumenep inilah yang kemudian dijadikan modal oleh salah sejumlah kandidat pemilukada Sumenep, 14 Juni mendatang.
Bahkan salah satu pasangan cabup-cawabup dengan terang-terangan mengaku akan menggarap secara serius kekayaan budaya di kota itu. Salah satunya adalah dengan mengembar-gemborkan Kota Wisata Religi.
Bahkan beberapa waktu lalu, secara khusus, Dirjen Purbakala Jakarta, melakukan penulusuran detil dan intens, terkait sejumlah peninggalan sejarah keraton, dan situs makam-makam para raja yang ada di Asta tinggi Sumenep. Termasuk Benteng Belanda di Kalianget Sumenep.
Kekayaan situs sejarah dan sejumlah obyek wisat religi di kota Sumenep, tampaknya masih mendominasi dibanding pesona wisata lain semisal Pantai Lombang dan Pantai SLopeng dengan pasir putihnya.
Namun demikian, usaha terus dilakukan oleh sejumlah pihak pemerintah kabupaten, untuk terus memajukan dan mengembangkan kekayaan yang melimpah. Diakui atau tidak, banyaknya kekayaan pesona wisata di kota ini, sejauh ini, masih belum sebanding dengan upaya promosi yang dilakukan oleh instansi terkait.
"Dalam hal promosi, kita memang sangat lemah. Coba lihat, banyak investor dari luar negeri justru setelah ada peresmian jembatan Suramadu. Sebelumnya kita sepertinya tidak keliatan dari luar daerah. Kami berkomitmen untuk terus menginformasikan seluruh potensi yang kita punya. Sumenep memang luar biasa dibanding kota-kota lainnya di seluruh Madura.
Ini harus dikelola dengan baik dan harus diperlihatikan pada masyarakat luas. Apalagi sudah banyak investor asing yang datang menawarkan kerjasama kesini". Papar Moh. Nasir, Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kadisbudparpora Kabupaten Sumenep